Pages

Powered by Blogger.

Thursday, May 29, 2014

Jalan-jalan di Pasar Gawok



Selamat Sore !
Masih menikmati libur dalam memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih, saya mencoba berjalan-jalan untuk menikmati keunikan dari Pasar Gawok. Pasar yang hanya diselenggarakan hanya saat weton Pon dan Legi ini sangat menarik untuk saya ceritakan disini.


Saya ceritakan sedikit tentang asal usul dari Pasar Gawok yang berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Pasar Gawok ini terletak di Desa Geneng, Kecamatan Gatak di Kabupaten Sukoharjo. Awalnya pasar tradisional ini dibuka hanya di weton Pon saja, dan menurut penuturan salah satu pedagang paling ramai adalah ketika hari Minggu Pon. Akan tetapi semakin ramai akan pengunjung hingga ditambahkan lagi di weton Legi. Jadilah pasar ini hanya buka pada waktu penanggalan Jawa Pon Dan Legi jadi jangan heran ya jika kita menemukan suasana pasar yang sepi selain Weton Pon dan Legi.

Baiklah akan saya mulai,
Pagi hari sekitar pukul 7 pagi saya sudah berpakaian rapi dan wangi, kemudian mengeluarkan motor yang akan mejadi sarana transportasi saya menuju Pasar Gawok. Berpamitan kepada Orang Tua dan menstater motor saya dan berjalanlah kuda besi saya menuju tempat yang sangat eksotis ~ setidaknya menurut saya. Baru setengah perjalanan saya dibuat terkesima oleh pemandangan sekitar yaitu sawah yang menghampar hijau serta langit biru cerah tanpa awan walaupun disertai sedikit kabut


Sekitar 10 menit kemudian saya sudah sampai di Pasar yang menjadi tujuan saya sebelumnya Pasar Gawok. Suasana agak sepi hari ini walaupun saya datang saat Weton Pon, sungguh agak mengherankan. Saya bergegas menitipkan sepeda motor saya ke tempat parkir dan disambut Bapak-bapak tukang parkir yang ramah. Sempat menanyakan perihal sepinya Pasar hari ini dan disambut jawaban yang memuaskan. 

Pasar akan direnovasi

Oke. Cukup puas dengan jawaban Bapak tukang parkir tersebut dan memang hampir seluruh pedagang untuk memindahkan barang dan area berjualannya di daerah "Etan" yang berarti daerah "Timur". Entah Timur yang mana saya kurang paham. Begini penampakan foto pasar yang agak lengang.




Ada beberapa pedagang yang masih tetap bertahan di lapak masing-masing dan menunggu pindah saat Weton Legi, salah satunya adalah Ibu penjual Getuk yang warnanya menggemaskan. Ibu ini menjelaskan kepada saya nama-nama getuk yang beraneka warna ini, namun sayang saya lupa saat kembali mengingatnya, hehehe. Saya sempatkan membeli getuk yang warna dan harumnya sangat menggoda, kebetulan salah satu jajan pasar ini adalah kesukaan Bapak saya..



Getuk sudah dibungkus rapi di tas kantong plastik berwarna hitam, saya kembali melanjutkan perjalanan untuk melihat-lihat dan mengambil beberapa foto lagi.





Los atau lapak ini adalah lapak bagi pedagang yang membuat dan menjual mata pisau atau biasa disebut pandai besi. Dan hanya ada dua pedagang yang masih berada dalam lapak ini walaupun sekitar 12 lapak lainnya kosong seakan ditinggal penghuni.



Beberapa langkah kaki saya berjalan, bebek-bebek ini menarik perhatian saya



Sesampainya di perempatan yang entah daerah mana saya kurang mengerti, saya menemukan pemandangan yang membuat hati saya berdesir melihat seorang Bapak Tua sedang sarapan pagi dengan membawa bekal dari rumah. Bapak Tua ini sebelumnya ditemani sang istri yang kemudian pergi. Dagangan Bapak Tua ini adalah pakan burung dan ayam, ah semoga dagangan Bapak Tua ini laris manis. Benar-benar membuat saya terharu dan seakan teringat oleh Kakek saya yang tergolek sakit stroke dirumahnya. 


Berjalan lagi dan kembali menemukan hal-hal yang unik, pedagang pernak-pernik sepeda antik.



Tak ketinggalan pula pedagang cd bajakan :D


Di seberang penjual cd bajakan adalah penjual pakaian dengan lapak yang ditata rapi di atas mobil pickup

Di samping penjual CD bajakan ada pedagang yang menjajakan sabit untuk memotong rumput, berniat membeli?


Pakaian anak ini dijual dengan harga 10000 tiga potong, sangat murah.








Lelah berjalan-jalan saya pun berhenti sejenak untuk membasahi kerongkongan yang sudah mengering karena panas yang cukup terik




saya penasaran dengan isi dalam semangkok es


Ketika tengah menikmati es dawet, dari arah depan datanglah seorang pedagang es tebu. Jujur sebenarnya saya ngiler ingin menikmati nikmatnya es tebu, namun mengingat semangkuk es dawet di tangan saya masih lumayan penuh saya membatalkan keinginan saya.


Setelah dahaga sudah tersalurkan dengan semangkuk es dawet Banjarnegara saya melanjutkan kembali perjalanan saya melihat-lihat dan mengambil beberapa foto para pedagang di Pasar Gawok








Cost : 
1. Parkir         = 2000
2. Getuk         = 2000 x 2 = 4000
3. Es Dawet   = 2500

Total = 8500

Wow.. betapa menyenangkannya menjelajah Pasar Gawok yang memiliki beragam pedagang dengan barang dagangan beraneka rupa. Hanya sedikit kecewa karena harapan saya tak sesuai kenyataan,bahwa saya datang di waktu yang tidak tepat. Sehingga suasana Pasar Gawok yang berdesak-desakan dan ramai tidak dapat saya jumpai disini. Namun tak mengapa masih ada lain waktu untuk mengunjungi Pasar Gawok dengan suasana dan lapak yang baru ketika sudah selesai di renovasi.

Saya akhiri dulu cerita saya mengenai perjalanan saya tanpa teman. Saya akan kembali lagi dengan cerita dan pengalaman baru di tempat berbeda. 

Terimakasih Sudah Berkunjung.

Yang pasti piye banget :D

0 komentar:

Post a Comment